Setelah periode panjang dan sulit dikenal sebagai ‘Masa Hijrah’, Rasulullah dan kaum Muslimin bertolak dari Mekah menuju kota Yatrib. Perjalanan yang berat ini adalah simbol dari perjuangan mereka melawan tekanan dan penganiayaan yang mereka alami di Mekah. Namun, mereka menemukan pembebasan, dan lebih signifikan lagi, tempat mereka dapat membentuk masyarakat Muslim yang baru dan mandiri di Yatrib.
Singkatnya, setelah Rasulullah dan kaum Muslimin tiba di Yatrib, Rasulullah mengubah nama kota itu menjadi ‘Madinah’, sebuah kata dalam bahasa Arab yang berarti ‘kota’. Tetapi Madinah tidak hanya berarti ‘kota’ dalam arti harfiah.
Pada konteks ini, Madinah lebih merujuk sebagai ‘kota Nabi’, yang menunjukkan pentingnya kota ini dalam sejarah dan perkembangan Islam. Mengubah nama Yatrib menjadi ‘Madinah’ memang dianggap sebagai pencapaian simbolis dari keberhasilan misionaris Rasulullah dan kaum Muslimin.
Nama baru tersebut tidak hanya memberikan identitas baru pada komunitas yang berkembang, tetapi juga mencerminkan harapan untuk periode baru kejayaan dan kedamaian yang berpusat pada ajaran dan prinsip-prinsip Islam. Berikutnya, Madinah menjadi rumah dari wahyu-wahyu penting dan acara-acara monumental yang memberikan bentuk dan substansi pada agama Islam.
Nama ‘Madinah’ juga menjadi simbol dari keberhasilan Rasulullah dan kaum Muslimin dalam membangun suatu komunitas berbasis keadilan sosial, hubungan persaudaraan, dan sistem politik yang inklusif dan adil. Ini bukanlah suatu pencapaian yang kecil, dan pemilihan nama ‘Madinah’ menghargai dan mengenang momen-momen penting ini dalam sejarah Islam.
Sebagai kesimpulannya, Perubahan nama dari Yatrib menjadi Madinah merupakan simbol dari kemenangan kaum Muslim yang menciptakan pusat baru untuk komunitas mereka yang sejalan dengan ajaran dan prinsip-prinsip mereka, yang memberi mereka identitas dan kepercayaan diri yang kuat dalam mengejar tujuan mereka untuk kemajuan dan penyebaran Islam.