Budaya

Sikap Boros, Malas, dan Bergaya Kebarat-Baratan: Merupakan Pengaruh?

×

Sikap Boros, Malas, dan Bergaya Kebarat-Baratan: Merupakan Pengaruh?

Sebarkan artikel ini

Dalam dunia yang semakin modern dan berkembang, keterbukaan informasi semakin meningkat. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membuat dunia bagaikan berada di ujung jari kita. Dialecta global, interaksi sosial, dan akses informasi tidak lagi dibatasi oleh batasan geografik.

Tidak dapat dipungkiri lagi, globalisasi telah merasuk dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Budaya asing, terutama budaya Barat yang masuk ke Indonesia baik melalui film, musik, mode, atau lainnya, memiliki pengaruh signifikan terhadap pola pikir dan perilaku generasi muda.

Namun, apa jadinya jika pengaruh tersebut malah membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat kita, seperti perilaku boros, malas, dan kecenderungan untuk bergaya kebarat-baratan?

Perilaku Boros

Sikap boros dapat terjadi akibat pengaruh gaya hidup konsumtif yang cukup kental dalam budaya Barat. Melalui berbagai media, kita sering dihadapkan pada iklan dan promosi tentang berbagai produk dan jasa yang seolah-olah harus kita miliki untuk bisa mengikuti tren. Padahal, ini seringkali justru mendorong kita untuk menghabiskan dana lebih dari yang seharusnya dan memunculkan perilaku boros.

Sikap Malas

Dalam perdebatan apakah teknologi membuat kita menjadi lebih malas atau sebaliknya, stereotype tentang cara hidup Barat yang kerap kali dikaitkan dengan kemudahan dan gaya hidup santai mungkin menjadi salah satu faktor pemicu sikap malas. Fenomena ini bisa jadi disebabkan oleh pemahaman yang salah mengenai gaya hidup Barat, yang sebenarnya mengutamakan efisiensi dan efektivitas.

Bergaya Kebarat-Baratan

Pengaruh budaya Barat yang kian kuat terlihat dari penampilan dan gaya hidup masyarakat kita yang banyak meniru gaya hidup Barat. Banyak orang yang berusaha “Bergaya Kebarat-Baratan” dengan mengadopsi mode, bahasa, dan gaya hidup Barat. Meski tidak sepenuhnya buruk, tentu saja perlu batasan dalam menyerap budaya asing agar identitas budaya lokal tetap terjaga.

Tentu, perkembangan teknologi dan globalisasi tenaga kerja, serta budaya menghasilkan perubahan yang menghadirkan berbagai peluang baru. Sayangnya, jika tidak ditangani dengan cermat, bisa juga berpotensi menggerus budaya lokal dan mendorong perilaku-perilaku negatif seperti boros, malas, serta gaya hidup kebarat-baratan.

Di dalam era globalisasi ini, penting bagi kita untuk mampu menyeimbangkan antara penyerapan budaya asing dengan pemertahanan dan pengembangan budaya lokal serta sadar akan peran penting pada pengarahan perilaku positif.

Jadi, jawabannya apa? Kesadaran diri, pengetahuan luas, dan pendidikan karakter adalah jawabannya. Ini jadi keharusan untuk memilah dan menyerap hal positif dari pengaruh eksternal, termasuk budaya Barat, sekaligus menghindari dampak negatifnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *