Perubahan adalah suatu hal yang tak terhindarkan dalam sebuah masyarakat. Pada satu sisi, perubahan membawa inovasi, kemajuan dan pertumbuhan. Namun, pada sisi yang lain, perubahan seringkali menimbulkan ketakutan dan resistensi, terutama jika perubahan tersebut dianggap sebagai suatu ancaman bagi norma dan nilai-nilai yang ada. Dalam konteks ini, sikap masyarakat yang tidak mau menerima hal-hal baru dari luar, seperti yang sering dilakukan oleh orang-orang tua yang konservatif karena trauma terhadap penjajahan, bisa menjadi penghambat perubahan sosial budaya.
Penjelasan Kontekstual
Orang tua konservatif biasanya mengedepankan nilai-nilai tradisional dan budaya lokal, dan mereka cenderung melawan ide, teknologi, atau praktik baru yang datang dari luar komunitas mereka. Trauma terhadap penjajahan hanya menambah perasaan takut dan curiga terhadap hal-hal baru. Hal ini bisa menjadi penghambat terhadap perubahan sosial budaya dalam berbagai cara.
Ketakutan terhadap Penyerapan Budaya Asing
Satu bentuk penghambatan yang mungkin adalah ketakutan terhadap penyerapan budaya asing. Hal ini sering kali berakar pada pengalaman bersejarah yang traumatis, seperti penjajahan, dimana budaya asing dipaksakan pada masyarakat. Dalam hal ini, orang-orang tua konservatif dapat memandang setiap aspek budaya asing sebagai ancaman terhadap identitas dan integritas budaya mereka, dan oleh karena itu resistensi terhadap perubahan yang ingin diterapkan.
Resistensi terhadap Teknologi Baru
Selain itu, resistensi terhadap teknologi baru juga bisa menjadi bentuk lain dari penghambatan ini. Teknologi baru menantang cara tradisional melakukan sesuatu dan seringkali memaksa penyesuaian dan pembelajaran baru yang sulit dan membingungkan bagi orang-orang tua. Oleh karena itu, teknologi baru sering kali dilihat sebagai ancaman ketimbang sesuatu yang menguntungkan.
Kesimpulan
Dalam rangka untuk mendorong perubahan sosial budaya yang positif, sangat penting untuk mengatasi rintangan-rintangan ini. Ini mungkin berarti mendidik masyarakat tentang keuntungan dari perubahan dan menjelaskan bagaimana hal itu dapat diterima tanpa mengorbankan nilai-nilai, tradisi, dan budaya mereka. Selain itu, perasaan takut dan curiga terhadap budaya dan teknologi baru harus ditangani dengan hati-hati dan empati, sehingga orang-orang tua konservatif ini dapat merasa dihargai dan dihormati dalam proses perubahan.