Ilmu

Sikap Nabi Yusuf terhadap Saudara-saudaranya yang telah Membuang ke Sumur

×

Sikap Nabi Yusuf terhadap Saudara-saudaranya yang telah Membuang ke Sumur

Sebarkan artikel ini

Nabi Yusuf adalah salah satu nabi yang diceritakan dalam Al-Quran dan Al-Kitab. Selain memiliki keindahan fisik, sikap dan akhlak beliau juga sangat baik. Salah satu kisah yang populer dari Nabi Yusuf adalah bagaimana sikapnya terhadap saudara-saudaranya yang telah membuangnya ke dalam sumur.

Kisah ini dimulai ketika Nabi Yusuf, karena iri dan cemburu, dibuang oleh saudara-saudaranya ke dalam sebuah sumur. Saudara-saudaranya jauh lebih tua dan lebih kuat daripada Yusuf, dan mereka merasa cemburu karena ayah mereka, Nabi Yaakub, tampak lebih menyayangi Yusuf dibanding mereka. Merekapun merancang skema jahat untuk membuang Yusuf ke dalam sumur, dengan harapan bahwa mereka akan mendapatkan lebih banyak perhatian dan kasih sayang dari ayah mereka.

Setelah ditinggalkan dan ditemukan oleh pedagang kafilah, Nabi Yusuf akhirnya menjalani kehidupan sebagai budak, dan kemudian bahkan dipenjara di Mesir. Namun, setelah beberapa tahun, dengan bantuan Allah, Yusuf berhasil menjadi salah satu orang paling berpengaruh di Mesir.

Lalu bagaimana sikap Nabi Yusuf terhadap saudara-saudaranya yang telah membuangnya ke sumur?

Sikap Maaf dan Pengampunan

Pada saat Yusuf telah menjadi seorang yang berkuasa di Mesir dan keluarganya sangat membutuhkan bantuan, saudara-saudaranya datang kepada Yusuf tanpa mengenali siapa dia. Meskipun Yusuf berada dalam posisi untuk membalas dendam, dia memilih untuk memaafkan mereka.

Yusuf menjelaskan, seperti yang direkam dalam Surah Yusuf (12:92): “Tidak akan ada cela terhadap kalian hari ini; semoga Allah mengampuni kalian, Dia adalah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Dengan kata-kata ini, Yusuf menunjukkan keteguhan dan kedewasaannya dalam menghadapi cobaan, serta kedalaman pengampunannya kepada para saudaranya.

Sikap Bijaksana

Nabi Yusuf juga menunjukkan sikap bijaksananya. Meskipun dia memiliki kekuatan untuk membalas dan menuntut keadilan, dia memilih untuk memaafkan dan menerima saudara-saudaranya kembali. Sikap ini tidak hanya menunjukkan kemurahan hati dan rasa pengampunannya yang luar biasa, tapi juga kebijaksanaan dan pemahamannya bahwa utilitas penghakiman dan rasa dendam sering kali lebih sedikit dibandingkan pengampunan dan rekonsiliasi.

Kesimpulan

Sikap Nabi Yusuf terhadap saudara-saudaranya yang telah membuangnya ke sumur adalah sebuah contoh teladan dalam memandang pengkhianatan dan kesakitan dengan mata hati yang pemaaf dan bijaksana. Kisah ini adalah suatu pengingat bagi kita semua bahwa memaafkan bukanlah tanda kelemahan, namun sebaliknya, adalah tanda kekuatan, pengendalian diri, dan kedewasaan emosional. Seperti Nabi Yusuf, kita harus berusaha untuk melihat melampaui kesalahan dan melangkah ke arah pengampunan dan pemulihan, sebab itulah yang pada akhirnya membuat kita semakin tumbuh dan berkembang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *