Triumvirat Indonesia, Soekarno, Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat adalah tokoh-tokoh kunci dalam periode penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Dalam upaya mengakomodir aspirasi untuk kemerdekaan Indonesia, mereka dibawa ke suatu kota yang terletak 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk menemui Marsekal Hisaichi Terauchi, pemimpin tentara ke 16 Imperial Jepang. Kota tersebut adalah Da Lat.
Da Lat, terkenal dengan iklim subtropisnya, adalah tempat di mana pertemuan bersejarah ini berlangsung. Ini adalah fase penting dalam perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia.
Pembawaan tokoh-tokoh ini ke Da Lat tidak hapus begitu saja. Ada alasan strategis di balik pilihan lokasi ini. Da Lat adalah kota yang cukup terisolasi. Letaknya yang jauh dari pusat kekuatan Sekutu membantu menjaga kerahasiaan dan keamanan pertemuan tersebut.
Di Da Lat, mereka bertemu Marsekal Hisaichi Terauchi pada tanggal 16 Agustus 1945. Terauchi adalah tokoh militer senior Jepang yang memiliki pengaruh besar di Asia Tenggara. Bahkan, Tokko (Polisi Rahasia Jepang) sendiri tidak mengetahui tentang perjalanan ini dan pertemuan tersebut.
Selama pertemuan tersebut, Terauchi menyatakan bahwa Jepang siap menerima dan mendukung kemerdekaan Indonesia. Ini adalah langkah penting yang berkontribusi pada proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, hanya sehari setelah pertemuan berlangsung.
Pertemuan ini adalah salah satu momen penting dalam sejarah gerakan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Jepang. Sekalipun ada banyak rintangan dan tantangan, Soekarno, Hatta, dan Radjiman tidak pernah menyerah dalam upaya mereka untuk memerdekakan Indonesia, dan pertemuan Da Lat ini merupakan salah satu sempadan penting dalam perjalanan mereka. Da Lat, dan pertemuan bersejarah yang berlangsung di sana, akan selalu diingat sebagai bagian integral dalam perjalanan menuju kemerdekaan tanah air kita, Indonesia.