Sosial

Teori yang Beranggapan bahwa Kodrat Anak Ibarat Kertas Kosong

×

Teori yang Beranggapan bahwa Kodrat Anak Ibarat Kertas Kosong

Sebarkan artikel ini

Manusia, seperti halnya sejuta makhluk hidup lain di dunia ini, dianugerahi fitrah atau kodrat. Kodrat menjadi ciri khas dan bawaan alamiah dari setiap individu yang belum terjamah oleh lingkungan dan pengalaman. Namun, apakah hal tersebut berlaku juga pada anak-anak, di mana masa-masa perkembangannya dipandang sebagai elemen kritis dalam membentuk personalitas atau karakternya?

Teori ini, yang kerap dikenal sebagai “Tabula Rasa” atau kertas kosong, dipopulerkan oleh filsuf Inggris, John Locke. Tabula Rasa merujuk pada konsep dimana individu, terlebih saat masih anak-anak, lahir tanpa pengetahuan dasar sama sekali, ibarat kertas kosong yang siap untuk ditulisi. Menurut teori ini, segala sesuatu yang manusia ketahui adalah hasil dari pengalaman dan interaksinya dengan dunia sekitarnya.

Asal Mula dan Pemahaman Konsep

Teori Tabula Rasa lahir dari penelitian John Locke tentang epistemologi atau ilmu pengetahuan. Locke percaya bahwa manusia dilahirkan tanpa pengetahuan a priori atau pengetahuan dasar sebelumnya, dan semua pengetahuan bersumber dari pengalaman pribadi dan persepsi sensorik.

Anak-anak, berdasar konsep ini, lebih seperti kertas kosong yang sepanjang hidupnya akan ditulisi oleh berbagai pengalaman dan interaksi mereka dengan lingkungan. Oleh karena itu, masa kanak-kanak sangat krusial, karena pada fase ini mereka mulai memahami dunia dan mengembangkan perilaku, sikap, dan keyakinan.

Tabula Rasa dan Pendidikan

Dalam konteks pendidikan, teori Tabula Rasa memiliki implikasi luas. Hal ini berarti bahwa anak-anak yang dianggap seperti “kertas kosong” sangat dipengaruhi oleh lingkungan belajar mereka, baik di sekolah, rumah, atau komunitas. Kualitas dan sifat pengetahuan yang mereka peroleh, oleh karena itu, sangat tergantung pada interaksi ini.

Secara ideal, guru, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya dituntut untuk memberikan pembelajaran bertahap dan memfokuskan pada penerapan praktek terbaik dalam mendidik anak. Eksposur pengalaman, lingkungan yang kondusif, dan interaksi positif menjadi hal yang diperlukan untuk mengisi “kertas kosong” ini dengan pengetahuan dan pengalaman berharga.

Kritik dan Pertanyaan

Walaupun teori ini memberikan pandangan yang unik tentang perkembangan anak, banyak juga kritik yang ditujukan kepada konsep Tabula Rasa. Salah satu kritik terbesar adalah pengabaian atas peran genetika dan faktor bawaan dalam membentuk pengetahuan dan perilaku individu.

Beberapa penelitian dalam bidang genetika dan psikologi perkembangan menunjukkan bahwa terdapat faktor bawaan yang mempengaruhi cara seseorang berpikir dan bertindak. Oleh karena itu, pengertian ‘kodrat anak seperti kertas kosong’ mungkin perlu dipertimbangkan kembali.

Jadi, jawabannya apa? Sangat mungkin jawabannya berada di tengah-tengah, antara Tabula Rasa dan faktor bawaan. Manusia mungkin lahir dengan kemampuan dasar tertentu, namun lingkungan dan pengalaman memainkan peran besar dalam membentuk siapa mereka. Di sisi lain, tidak ada manusia yang sepenuhnya seperti kertas kosong, sementara lingkungan dan pengalaman tidak sepenuhnya menentukan siapa kita. Seperti halnya banyak aspek lain dalam ilmu pengetahuan, segala sesuatunya terletak dalam keseimbangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *