Menjawab pertanyaan ini bisa cukup kompleks, selain menghubungkan berbagai sekolah pemikiran lebih luas dalam sosiologi dan antropologi, juga mengakui perbedaan metodologi dan pendekatan dalam masyarakat. Salah satu teori yang memiliki pandangan seperti ini adalah Teori Evolusi Multilinear.
Teori Evolusi Multilinear menuntut suatu pandangan yang lebih fleksibel terhadap perkembangan masyarakat dan budaya. Teori ini merupakan reaksi terhadap teori evolusi unilinear yang lama, yang menyerukan bahwa masyarakat mengikuti jalur perkembangan yang sama, dari kesederhanaan hingga kompleksitas, dari kekacauan hingga peradaban.
Teori Evolusi Multilinear lahir atas dasar pemikiran bahwa tidak ada satu ukuran standar perkembangan masyarakat. Setiap masyarakat memiliki jalannya sendiri untuk berkembang, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan geografis, kontak dengan masyarakat lain, dan faktor internal seperti struktur social dan politik.
Doktrin ini dikembangkan oleh para antropolog seperti Julian Steward, yang menentang pandangan bahwa semua masyarakat mengikuti tahap yang sama dalam masa perkembangan mereka. Menurutnya, sejarah masyarakat mungkin akan mengalami tahapan yang sama, tetapi tidak semua akan melakukannya dalam urutan yang sama atau bahkan pada tingkat yang sama. Ini karena setiap masyarakat akan beradaptasi dengan lingkungannya dengan cara yang unik dan kreatif.
Dengan demikian, pertanyaan yang diutarakan selaras dengan pemahaman Teori Evolusi Multilinear. Masyarakat tidak perlu melewati tahap-tahap yang tetap atau sama dalam evolusi mereka. Alih-alih, setiap masyarakat dapat mengalami tahap yang berbeda-beda, dalam urutan yang berbeda-beda, tergantung pada berbagai keadaan yang spesifik pada masyarakat tersebut.
Namun, penting pula diingat bahwa sama seperti semua teori lainnya di bidang ilmu social, Teori Evolusi Multilinear juga memiliki batasan dan kritikan. Banyak pakar yang berpendapat bahwa teori ini terlalu memprioritaskan faktor lingkungan geografis dan kurang memperhitungkan peran penting struktur sosial dan politik. Oleh karena itu, meski teori ini memberi kontribusi penting untuk pemahaman perkembangan masyarakat, ia bukanlah satu-satunya pemikiran yang dapat menjelaskan fenomena tersebut.