Di tengah kerumitan labirin pandemi Covid-19, pewira bisnis seperti Tono berjuang untuk menjaga agar perusahaan mereka tetap berjalan. Berdiri sebagai direktur perusahaan terbesar di kotanya, tekanan yang dialami Tono jauh lebih dari sekedar tingkat tekanan biasa. Pada titik tertentu, perusahaannya bahkan nyaris ditutup. Dalam menghadapi situasi penuh tantangan ini, Tono tidak berdiri sendiri. Di sisinya, ada Ibu Dewi, konsultan perusahaan yang andal dan berpengalaman. Dalam penilaian sifat kerja, Tono dan Ibu Dewi dianggap sebagai tenaga kerja ….
Perincian lebih lanjut tentang tenaga kerja seperti apa yang dimaksud dalam pertanyaan ini mungkin memerlukan konteks lebih. Namun, kita dapat memahami dua karakter ini dalam dua kategori umum tenaga kerja: tenaga kerja kognitif dan tenaga kerja fisik.
Tenaga Kerja Kognitif
Dalam kapasitas mereka sebagai direktur dan konsultan, Tono dan Ibu Dewi dapat dipandang sebagai tenaga kerja kognitif. Tenaga kerja ini sering disebut sebagai “pemikir” – mereka yang pekerjaan mereka mengharuskan mereka untuk berpikir secara kritis, memecahkan masalah, dan membuat keputusan penting berdasarkan analisis dan penilaian informasi. Pentingnya tenaga kerja ini sangat vital dalam masa pandemi, dimana situasi yang tidak pasti memerlukan keputusan yang tepat dan dapat merubah jalan perusahaan.
Dalam kasus Tono dan Ibu Dewi, tenaga kerja kognitif ini termanifestasi dalam bagaimana mereka berusaha menyelamatkan perusahaan. Dengan pengetahuan dan pengalaman mereka, mereka mencoba memahami situasi, merumuskan strategi dan menerapkan solusi. Kualitas ini yang membuat mereka bisa bertahan di tengah pandemi.
Tenaga Kerja Fisik
Sementara Tono dan Ibu Dewi mungkin tidak secara langsung melakukan pekerjaan fisik, mereka memimpin dan mengatur tenaga kerja fisik dalam perusahaan mereka. Sebagai seorang direktur, Tono bertanggung jawab untuk memastikan bahwa operasi harian berjalan lancar. Dia juga memastikan bahwa para pekerja fisiknya aman dan sehat, terutama di tengah pandemi. Di sisi lain, Ibu Dewi, sebagai konsultan, memberikan saran dan bantuan strategis untuk membantu Tono mengelola tenaga kerjanya.
Kesimpulan
Tono dan Ibu Dewi menunjukkan ciri khas tenaga kerja yang fleksibel dan adaptif, mampu bergerak sesuai tuntutan situasi. Mereka berdua menunjukkan inisiatif, perencanaan, dan pemecahan masalah – kualitas tenaga kerja kognitif – serta pengaturan dan manajemen tenaga kerja fisik. Di masa pandemi ini, jenis tenaga kerja seperti Tono dan Ibu Dewi adalah kunci ketahanan dan kelangsungan perusahaan.