Tuan puteri memandang ke dayang kipas itu merupakan sebuah kalimat yang mencerminkan suasana anggun dan lembut yang diberikan oleh tuan puteri pada para dayang yang tengah menghadapinya. Kesepuluh dayang tersebut, saling menyembah kepada puteri sebelum mengundurkan diri. Kejadian ini menunjukkan nilai-nilai dengan menghormati yang lebih tinggi dari mereka dalam hierarki kerajaan. Nilai ini sangat penting dalam ikatan masyarakat pada waktu itu.
Kemudian, bangkitlah Mak Inang, yang menandakan bahwa ia memegang peranan penting dalam acara tersebut. Mak Inang duduk di tepi tilak tujuh bertindih yang melambangkan ketujuhangkawan, sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tujuh garis yang menandakan batas antara kerajaan dan masyarakat. Nilai yang tertera di sini adalah bahwa setiap individu memiliki perannya masing-masing dalam menjaga keharmonisan situasi.
Sementara itu, mengumpulkan bunga melur yang terselit-selit di suara tuan puteri itu merupakan ungkapan yang menunjukkan kehalusan dan rasa indah yang ada dalam suasana tersebut. Nilai yang terkandung di sini adalah keindahan harus dihargai, dan setiap individu harus mampu menciptakan suasana yang nyaman dan harmonis.
Berdasarkan penggalan tersebut, tampak beberapa nilai yang dapat kita petik, di antaranya:
- Menghormati orang yang lebih tinggi dalam hierarki atau yang lebih berpengalaman dalam suatu situasi
- Kesadaran akan peran masing-masing individu dalam menjaga keharmonisan dalam masyarakat
- Keindahan dan kehalusan sebagai nilai yang harus dihargai dan dilestarikan
Melalui penggalan ini, kita bisa melihat bahwa dalam kehidupan masa lalu, nilai-nilai seperti hormat-menghormati, keharmonisan, dan keindahan dihargai sebagai bagian penting dalam kehidupan masyarakat.
Jadi, jawabannya apa? Jawabannya adalah bahwa penggalan tersebut menggambarkan nilai-nilai menghormati hierarki, kesadaran akan peran individu dalam menjaga keharmonisan, serta menghargai keindahan dan kehalusan dalam kehidupan.