Sekolah

Tunjukkan Bukti-Bukti Tindakan Raffles di Indonesia yang Tidak Sesuai dengan Pandangannya Sebagai Seorang Liberal, Bandingkan dengan Daendels

×

Tunjukkan Bukti-Bukti Tindakan Raffles di Indonesia yang Tidak Sesuai dengan Pandangannya Sebagai Seorang Liberal, Bandingkan dengan Daendels

Sebarkan artikel ini

Sejarah kolonial zaman Britania dan Belanda di nusantara seringkali ditempati oleh dua sosok besar; Thomas Stamford Raffles dan Herman Willem Daendels. Raffles dikenal sebagai seorang liberal berbasis pada asumsi yang melihatkan ia sebagai seorang visonaris pembebaskan yang berusaha mengembangkan sistem liberal di Indonesia, sementara Daendels sebagai sosok yang represif dan otoriter.

Namun, apakah begitu adanya? Buktikan bagaimana tindakan Raffles yang seringkali tidak sesuai dengan pandangan liberalnya dibandingkan dengan Daendels.

Raffles dan Visi Liberal

Sebagai seorang liberal, Raffles sangat mendukung kebebasan dan persamaan bagi semua orang. Ia sangat menganjurkan penyebaran pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun, sejumlah tindakannya ternyata bertentangan dengan prinsip-prinsip liberal ini.

Pertama, Raffles menata ulang sistem tanah dan perkebunan di Jawa dengan memperkenalkan sistem tanam paksa yang dikenal dengan sebutan Cultivation System atau Sistem Tanam Paksa. Sistem ini mengeksploitasi rakyat Jawa dengan memaksa mereka untuk menanam komoditas yang bisa diekspor seperti kopi, teh, dan rempah-rempah dengan upah yang sangat rendah atau bahkan tanpa upah. Ini jelas bertentangan dengan prinsip liberal yang menekankan pada keberpihakan terhadap hak dan kesejahteraan rakyat.

Kedua, tindakan Raffles dalam penaklukan Yogyakarta di tahun 1812 juga membuktikan betapa kekuasaan individual sangat mendominasi kebijakannya. Raffles mengatur perang, meredam oposisi, dan memaksa Sultan Hamengkubuwono II untuk surut. Semua tindakan ini jauh dari prinsip liberal yang menolak dominasi dan penindasan.

Daendels dan Pemikiran Otoriter

Sementara itu, jika dibandingkan dengan Herman Willem Daendels, Gubernur-Jendral Hindia Belanda, bukti-bukti tindakan Raffles justru menunjukkan bahwa kedua penguasa ini memiliki banyak kesamaan dalam tindakan otoriter mereka.

Daendels membangun jalan raya yang membelah pulau Jawa dari Anyer sampai Panarukan, sebuah proyek yang memakan banyak korban jiwa karena pekerjaan berat dan kondisi kerja yang buruk. Hal ini menunjukkan sifat autokratik Daendels yang mirip dengan Raffles dan tindakannya yang eksploitatif terhadap rakyat Jawa.

Daendels juga dikenal dengan kebijakan militernya yang keras. Ia membangun benteng untuk melindungi kejajahan Belanda dari ancaman Inggris dan memaksa rakyat untuk membantu pembangunan. Kebijakan ini mirip dengan tindakan Raffles dalam penaklukan Yogyakarta.

Dengan melihat bukti-bukti ini, jelas bahwa tindakan Raffles tidak selaras dengan pandangan liberalnya. Ia dan Daendels sama-sama menampilkan tindakan otoriter yang kuat dan mendominasi.

Jadi, Jawabannya Apa?

Sejarah memang selalu subjektif dan tergantung pada siapa yang menceritakannya. Pandangan bahwa Raffles adalah seorang liberal mungkin telah muncul dari opini tertentu, namun jika kita melihat bukti-bukti tindakannya, terlihat dengan jelas bahwa bagaimanapun juga, Raffles melakukan serangkaian kebijakan otoriter yang mirip dengan Daendels. Hal ini membuktikan bahwa dalam konteks kolonialisme, istilah seperti ‘liberal’ dan ‘otoriter’ mungkin menjadi samar dan kerap kali tumpang tindih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *