Yerusalem, kota tua yang menjadi pusaran tiga agama monoteistik besar dunia, yakni Yudaisme, Kristen, dan Islam, memiliki sejarah yang kaya dan kompleks, penuh dengan periode kebiasaan dan kehancuran. Dalam ribuan tahun sejarahnya, Yerusalem telah diamati menjadi hancur total beberapa kali.
Kehancuran oleh Babilonia
Yerusalem pertama kali dihancurkan sampai rata dengan tanah oleh Raja Nebukadnezar II dari Babilonia pada tahun 586 SM. Kebijakan agresif dan pemberontakan berulang dari raja Yehoyakin dan akhirnya Zedekiah dari Kerajaan Yehuda menyebabkan Nebukadnezar mengepung dan menyerang Yerusalem. Setelah pengepungan yang berlangsung selama lebih dari satu tahun, tembok kota hancur dan Bait Suci, yang juga dikenal sebagai Kuil Salomo, dibakar habis-habisan. Hal ini merupakan peristiwa penting dalam sejarah Yudaisme yang dikenal sebagai Penghancuran Bait Allah yang Pertama dan pembuangan Babilonia.
Penghancuran oleh Roma
Lebih dari 650 tahun setelah itu, pada tahun 70 M, Yerusalem dan Bait Suci Kedua yang dibangun kembali, dihancurkan lagi, kali ini oleh Kekaisaran Romawi di bawah pimpinan Jenderal Titus, yang mencoba meredakan pemberontakan Yahudi yang dikenal sebagai Perang Yahudi-Romawi yang Pertama. Kota tersebut dihancurkan dan dibakar, termasuk Bait Suci, dan penghuninya dibunuh atau dibuang. Hal ini mengakhiri periode Kedua Bait Suci dalam sejarah Yudaisme dan merusak secara signifikan Yerusalem.
Akhir Kata
Dari penghancuran Babilonia ke penaklukan Romawi, Yerusalem telah melihat lebih dari satu kali kehancuran penuh yang mengejutkan. Namun, ia selalu berhasil bangkit kembali, membangun kembali dirinya dari puing-puing dan terus menjadi pusat bagi banyak tradisi dan agama religius.